BERSILATURAHIMLAH,
sesungguhnya silaturahim itu memanjangkan umur memurahkan rejeki”
Mungkin hadits yang
disampaikan Rasulullah tersebut tidak asing lagi di telinga kita.
Bahkan Allah sendiri
menegaskan dalam Al Qur’an pentingnya silaturahim;
Allah Swt berfirman, “Hai sekalian manusia, … Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. an-Nisa)
Namun, tidak semua orang
mampu melaksanakannya. Mengapa baginda Rasulullah sampai menekankan umatnya
untuk saling bersilaturahim? Karena Rasulullah tahu bahwa hal tersebut sulit untuk
diaplikasikan, maka silaturahim menjadi sebuah amalan yang masuk dalam kategori
ibadah wajib serta menjadi sunah Rasul di samping sunah-sunah lainnya.
Mengapa silaturahim
dikatakan Nabi dapat memanjangkan umur?
Ada sebuah kisah.
Seorang lelaki yang divonis
mati. Dokter mengatakan umur lelaki ini tinggal satu bulan lagi. Lelaki ini
sangat sedih sekali mendengar vonis tersebut. Didatanginya lah satu persatu
sahabat dan kerabat dekatnya untuk minta ma’af atas semua kesalahannya serta
menceritakan penyakit yang dideritanya. Sampailah lelaki ini pada sahabat
lamanya. Sahabat lama si lelaki ini pun menyarankan sebuah ramuan serta turut
mendo’akan semoga ia lekas sembuh.
Pulang ke rumah ia meracik
dan mengamalkan ramuan tersebut dengan rutin meminumnya sesuai resep dari
sahabatnya.
Sebulan kemudian lelaki ini
sembuh total.
Allah telah memberikan ijin
kesembuhan dengan cara sembuh melalui obat, dan perantara seorang sahabat serta
mengabulkan do’a dari teman-teman yang dikunjunginya saat ia bersilaturahim. Ma sha Allah.
Lalu mengapa Rasulullah
mengatakan silaturahim memudahkan rejeki?
Tak jarang saat
bersilaturahim kita disuguhi makanan atau minuman. Bahkan tak jarang pula kita
diberikan bekal usai silaturahim, entah itu berupa makanan, uang atau pun ilmu.
Maka itulah mengapa silaturahim disebut memudahkan rejeki.
Ada ibadah yang hanya bisa
dilakukan saat silaturahim saja. Contohnya menjawab do’a orang yang bersin.
Tidak mungkin ‘kan kita saat mau bersin SMS atau telepon kerabat kita terlebih
dahulu dengan mengatakan, “Eh, aku mau bersin nih, nanti tolong dijawab, ya”.
Iya, khan?
Tapi saat silaturahim, orang
lain atau kita yang bersin maka otomatis mereka /kita pasti menjawabnya secara
langsung, pun tanpa diminta.
Tidak semua orang mampu
melaksanakan sunah yang satu ini. Saya merasakan sendiri hal tersebut.
Saya punya keluarga, teman
serta kerabat yang tinggal satu daerah. Jarak tempuh jika ingin menemui mereka
kurang dari satu jam. Tapi sangat jarang sekali kami bersilaturahim,
dikarenakan keterbatasan waktu. Namun hal tersebut saya siasati dengan menyapa
mereka minimal lewat chat via sosmed, agar keterikatan hati tetap terjaga.
Apalagi zaman sudah modern
dan serba canggih, di mana saat kita mengundang kerabat untuk hadir pada
hajatan yang kita gelar pun tidak perlu repot-repot mendatanginya, cukup
mengundangnya lewat sms saja.
Silaturahim memang bisa
dilakukan dengan cara apa pun, akan tetapi face to face mungkin akan lebih
baik. Bahkan ironisnya sekarang, sesama tetangga pun tidak saling sapa, atau
bahkan tidak saling kenal karena tingginya pagar tembok rumah dan tingginya
pagar tembok hati kita hingga melupakan hakikat dari hikmah silaturahim.
Padahal selain memanjangkan
umur memurahkan rejeki, silaturahim juga mampu menghapus prasangka buruk kita
terhadap orang lain. Sebagai contoh kecil saja, kita mendengar cerita tentang
salah satu kelurga atau teman, sebut saja si A, katanya si A ini sombong. Saat
kita silatutahmi ke rumah si A, ternyata kabar tersebut tidak benar, justru si
A sangat ramah bahkan sangat baik kepada siapa saja termasuk kita.
Silaturahim juga mengikat
kembali putusnya tali persaudaraan, yang tadinya bermusuhan jadi saling menyapa
usai bersilaturahim, karena di dalam silaturahim terdapat banyak sekali hikmah
serta keberkahan. Saat silaturahim terjalin kita saling mendo’akan, minimal
memberikan perhatian kecil misalnya dengan mengucap kata “hati-hati” yaa, atau
nasihat-nasihat baik, akan lebih mulia lagi apabila ajang silaturahim digunakan
untuk saling menasihati dan saling mengingatkan pada kebaikan dan ingat pada
kebesaran Allah Swt.
Banyak sekali dari kita yang
mampu meluangkan waktu untuk sekedar kongkow di mall, nonton di bioskop, atau
sekedar menghabiskan waktu dengan gadget hingga berjam-jam . Tapi kita tidak
mampu meluangkan sedikit waktu untuk sekedar silaturhami dengan jarak tempuh
yang kurang dari satu jam atau bahkan setengah jam saja. Contoh konkritnya,
pernahkah kita memprioritaskan waktu untuk mengunjungi tetangga sebelah rumah
kita dengan sekadar say hello dan bertanya kabar. Misalnya mengikuti cara Nabi
yang meluangkan waktu khusus mengunjungi sahabat, tetangga atau kerabat dekat
setiap memiliki waktu luang. Tidak, bukan?
Itu semua bukan tanpa sebab,
tapi karena budaya silaturahim pada masa ini sudah mulai terkikis teknologi dan
kecanggihan zaman. Lihat saja saat kita mengadakan resepsi pernikahan atau
hajatan besar, jika zaman dulu memasak makanan untuk hajatan besar orang
melakukannya secara bersama-sama, tapi zaman sekarang orang tidak perlu repot
memasak ramai-ramai, cukup pesan jasa cathering, maka makanan pun siap
disantap. Di era ini hanya sedikit orang yang masih menggunakan tradisi lama
tersebut.
Silaturahim seolah tabu,
bahkan ketika kita mengunjungi teman lama seringkali mendapat sapaan, “tumben
nih main, ada angin apa datang ke mari” meskipun disertai gurauan. Basa basi
tersebut secara tidak langsung mengingatkan kita alangkah sunah Nabi ini adalah
sesuatu yang langka terjadi sehingga dikunjungi orang yang jarang mengunjungi
kita pun rasanya aneh.
**Dikutip dari radio archive
dari Ibid hal. 88; Dalam sebuah riwayat dari Imam Hadi as disebutkan suatu hari
beliau berkata, “Nabi Musa as memohon kepada Allah, ? Wahai penciptaku! Apa
pahala bagi seseorang yang menjalin hubungan dengan keluarganya?’ Allah Swt
berfirman, ?Wahai Musa! Aku akan memanjangkan umurnya, meringankan kesulitan
ketika Sakaratul Maut dan di Hari Kiamat malaikat di Surga akan memanggilnya,
? Datanglah kepada kami. Masuklah surga dari pintu mana saja yang engkau
inginkan.”**
Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa salah satu pengaruh luar biasa dari silaturahim adalah mudahnya seseorang ketika nyawanya dicabut dari badannya.
Ma sha Allah, begitu urgennya
silaturahim hingga Allah janjikan kemudahan sakaratulmaut bagi orang yang mau
menyuburkannya. Namun masih saja banyak dari kita yang menganggap remeh serta
menyepelekan makna dari silaturahim.
Entahlah, apakah hal
tersebut terjadi lantaran kita yang ‘tidak sempat’ meluangkan sedikit waktu
untuk bersilaturahim ataukah kita sudah melupakan hikmah serta keutamaan dari
silaturahim itu sendiri. Wallahu a’lam.
sumber :
blog-kabarpetang.blogspot
CAR,HOME DESIGN,FOREX,HOSTING,HEALTH,SEO